Keimanan seseorang seringkali berfluktuatif. Kadang-kadang iman seseorang kuat, bercahaya, lemah lembut, tetapi suatu saat terkadang hatinya kotor, lemah iman, gelap gulita, buta, keras membatu terhadap kebenaran. Orang yang hatinya kotor atau kurang ikhlas dalam menghadapi kehidupan akan mudah digoda setan yang menjerumuskannya kepada perbuatan yang tersesat.
Banyak orang yang sebelumnya dikenal sebagai orang yang ahli shalat dan orang baik, karena faktor lingkungan di kantornya, akhirnya terjerumus dalam pekerjaan yang menyuburkan praktek ”mark up”, laporan fiktif dan korupsi. Hidupnya yang dulu penuh dengan keimanan yang kuat, tapi kini dia banyak gelisah, takut rahasianya ketahuan oleh penegak hukum atau KPK. Sebaliknya ada orang yang dulunya keras hatinya, jauh dari tuntunan agama, tetapi setelah ada kejadian yang menimpa dirinya, dia menjadi orang yang sholeh.
Pertanyaan sekarang bagaimana cara mempertahankan keimanan agar keimanan kita tetap bersih? Al-Qur’an memberikan petunjuk untuk senantiasa banyak mengingatNya, sebagaimana tercantum dalam QS. Ar Rad (13): 28:
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.”
Iman seseorang akan menjadi usang dan rapuh jika tidak disirami dan dihiasi dengan senantiasa mengingat Allah. Sungguh beruntung orang yang meraih segala apa yang diharapkannya dengan mengembangkannya mengikuti tuntunan Allah dan Rasul serta mengendalikan hawa nafsunya. Kehidupan itulah yang menyebabkan ketentraman jiwa. Kehidupan betapapun mewahnya tidak akan baik jika tidak disertai ketentraman hati, sedangkan ketentraman hati baru dapat dirasakan bila hati yakin dan percaya bahwa ada sumber yang tidak terkalahkan yang selalu mendampingi dan memenuhi harapan.
(Suwandi : Yayasan Mujahidin Pegawai Pertanian).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar