Sudah lima tahun, saya memelihara ikan arwana di akuarium. Dia benar-benar telah menghibur keluarga saya, dengan warnanya yang menarik dan gerakan-gerakannya yang lincah.
Namun pada akhir bulan yang lalu, ikan arwana mati setelah beberapa hari tidak mau makan. Keluarga saya tidak sampai hati untuk memakan ikan yang sudah dianggap ”keluarga” itu. Saya kubur ikan tersebut dan saya panjatkan istigfar pada Allah, mohon ampun telah merampas kebebasan makhlukNya
. Saya menghayal ke masa lampau, ke zaman Nabi Sulaiman As, di mana Nabi ini, dianugerahi kelebihan bisa berbicara dengan hewan. Dalam khayalan saya, Nabi Sulaiman As jalan-jalan di dekat kolam. Ikan-ikan di kolam termasuk ikan arwana mengucapkan salam dan memperkenalkan diri padanya. “Hai, Nabi Sulaiman, saya ikan arwana. Lihat tubuh saya yang berwarna menarik dan licah bergerak serta bisa menjadi hiburan bagi orang yang mau melihatnya. Saya sangat gembira kalau Nabi Sulaiman sudi memelihara dan memakannya, atau untuk dibagi kepada teman-teman. Saya diciptakan Allah untuk melayani manusia,” demikian kata hewan yang hidup di air ini. Begitu pula halnya ikan-ikan yang lain, semuanya memperkenalkan diri dan menyatakan kegembiraannya kalau manusia mau menyayangi dan mengambil manfaat dari kehadiran mereka untuk kesejahteraan manusia.
Khayalan tersebut, menggugah qalbu saya, ternyata hewan tidak mau hidup sia-sia, semuanya ingin bermanfaat bagi manusia. Hewan, yang hanya dianugerahi naluri dan kecerdasan organnya saja, dia berusaha bermanfaat dalam hidupnya. Sebaliknya manusia yang dianugerahi Allah Swt kesempurnaan rohani dan jasmani, justru banyak yang tidak berpikir ke arah itu. Saya pun teringat do’anya Nabi Sulaiman As:
"Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni`mat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". (AN-NAML/27 : ayat 19)
Dalam do’anya Nabi Sulaiman As memohon diberikan kekuatan untuk dapat mengoptimalkan nikmat yang dianugerahi Allah kepada beliau dan juga kepada orang tuanya, yang begitu melimpah tidak hanya yang ada pada dirinya, tapi juga nikmat yang di alam raya dan masyarakat. Beliau memohon bantuan dan bimbinganNya agar nikmat yang dianugerahi kepadanya dapat bermanfaat tidak hanya untuk dirinya tapi juga bagi orang lain dan masyarakat.
Manusia merupakan puncak ciptaan Allah. Semesta alam diperuntukkan untuk dikelola oleh manusia, sehingga manusia diberi gelar khalifatullah atau mandataris Allah di muka bumi. Hanya saja harus kita ingat bahwa pengelolaannya harus sejalan dengan apa yang digariskanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar