Pembicaraan tentang dimanakah sumber penyakit memang tidak ada habis-habisnya, misteri seputar sumber penyebab penyakit masih menjadi perdebatan hingga saat ini.Dari berbagai wacana yang ada setidaknya ada dua mazhab atau aliran besar yang berkembang saat ini, kita sebut saja Kedokteran Barat dan Kedokteran Timur
Kedokteran Barat menurut Wikipedia adalah suatu system Ilmu kedokteran yang seperti dipraktekkan pada masa kini yang berkembang pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 di Inggris (oleh William Harvey, abad ke-17), Jerman (Rudolf Virchow) dan Perancis (Jean-Martin Charcot, Claude Bernard). Disebut juga sebagai Ilmu kedokteran modern atau kedokteran "ilmiah" (di mana semua hasil-hasilnya telah diujicobakan) , Ilmu Kedokteran ini dibangun berdasarkan bukti (evidence-based medicine) , mereka hanya mempercayai apa yang mereka lihat (seeing of believing )
Sementara itu, kedokteran Timur adalah suatu system ilmu penyembuhan yang berkembang bahkan ribuan tahun sebelum masehi,yakni suatu system yang didasarkan atas ilmu kosmologi ketimuran, bahwa segala sesuatu itu saling berkatian satu samalain, dan bahwa apa yang tampak berasal dari sesuatu yang tidak tampak, penyakit yang kasat mata berasal dari fikiran-perasaan atau segala sesuatu yang tidak tampak.
Sebagai seorang praktisi kedokteran Barat yang kemudian “berhijrah”ke kedokteran Timur Ric A. Weinman sebagaimana yang ia tuliskan dalam bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Tangan Anda Dapat Menyembuhkan ( Penerbit: Elex Media Komputindo) menceritakan tentang pengalamannya saat masih berpraktek sebagai dokter.Dalam buku tersebut ia menceritakan tentang bagaimana saat itu ia menangani pasiennya , seorang anak kecil yang menderita penyakit infeksi telinga , setelah diberikan anti biotik dosis rendah keluhan pasien pun hilang untuk beberapa lama.Beberapa bulan setelah itu pasien datang lagi mengeluhkan hal yang sama, kali ini pasien tidak lagi mempan dengan dosis sebelumnya, dosis obatpun harus ditambah.
Begitulah menurutnya system kedokteran barat dalam menangani penyakit, system kedokteran yang baru berkembang sekitar abad ke 18 ini berasumsi bahwa sumber penyebab penyakit adalah “sesuatu yang kasat mata” , sehingga dengan menghilangkan gejalanya “yang tampak ‘ atau kasat mata tersebut maka penyakit pun hilang.Dalam kasus infeksi telinga tadi system kedokteran barat berasumsi bahwa penyebabnya adalah karena adanya bakteri atau mikroorganisme yang berkembang biak di area pendengaran pasien, maka dengan menghilangkan bakteri atau mikroorganisme tersebut penyakitpun hilang.
Hal ini berbeda dengan cara pandang kedokteran Timur termasuk Reiki tentang penyakit, menurut asumsi system kedokteran Timur yang di Indonesia lebih populer dengan sebutan pengobatan alternatif ini, apa yang dipandang oleh kedokteran barat sebagai penyebab penyakit , mereka melihatnya hanya sebagai “gejala”nya saja.Sehingga dengan cara penangan medis ( kedokteran barat) yang hanya menghilangkan gejalanya saja , kesembuhan yang terjadi tidak permanen, penyakit pasien suatu saat akan kambuh lagi, ditangani lagi kemudian sembuh,dan kambuh kembali suatu hari nanti, begitu seterusnya, hingga suatu hari bakteri atau mikroorganisme dalam tubuh pasien yang dianggap sebagai penyebab penyakit tersebut akan resistent, kebal terhadap obat yang diberikan.
Kedokteran Timur atau pengobatan alternatif yang berkembang berabad-abad sebelum masehi di belahan bumi bagian Timur ini memandang manusia sebagai sebuah kesatuan yang utuh,jadi apa yang dianggap sebagai penyakit menurut aliran ini terjadi akibat adanya ketidak harmonisan dalam system energy di tubuh manusia yang kemudian muncul sebagai penyakit disekitar area yang bermasalah.Dalam kasus infeksi telinga tadi kedokteran Timur memandang bahwa penyebab sebenarnya adalah karena adanya gangguan atau ketidak harmonisan system energy pasien terutama di area telinga, akibatnya bakteri atau mikroorganisme dapat berkembang biak di sana,maka dengan memperbaiki system energy terutama di sekitar area telinga ,mekanisme alamiah tubuh untuk menghalau penyakit akan kembali aktif sehingga bakteri atau mikroorganisme tidak dapat hidup lagi di sana, maka pasien pun dinyatakan sembuh.
Semuanya berasal dari dalam diri kita sendiri !
Beberapa tahun belakangan ini sains kembali menguak berbagai penemuan yang membuktikan adanya fenomena keterkaitan antara fikiran dengan pemulihan kesehatan, salah satunya adalah penemuan ilmiah tim riset yang dipimpin oleh Donald Cole. Ahli kesehatan masyarakat dari Institut Kesehatan Kerja, di Toronto, Kanada ini bersama-sama dengan timnya selama satu tahun penuh mewawancarai dan menganalisis proses pemulihan 1.500 responden yang semuanya adalah karyawan yang menjalani rawat inap setelah tertimpa kecelakaan saat bekerja. Sebagaimana yang dilaporkan dalam Canadian Medical Association Journal edisi terbaru, responden yang memiliki sikap optimistis sembuh 25-30 persen lebih cepat dibanding responden lain yang memiliki kecenderungan mental negatif seperti pesimistis, sering menggerutu ,sering mengeluh dan sifat-sifat negatif lainnya. Hasil penelitian ini kembali membuktikan teori tentang pengaruh mentalitas terhadap sistem kekebalan tubuh. Orang yang memiliki kecenderungan sikap mental positif seperti lapang dada, perasaan gembira, optimistis memiliki daya tahan tubuh dan system pemulihan tubuh yang prima . Walhasil, ”Kesembuhan datang lebih cepat,” ujar Cole sebagaimana yang dilansir Web MD Health April 2002.
Saat seseorang berfikir negatif, seluruh system energy tubuh orang yang berfikir negatif tersebut akan menyerap energy buruk yang bersifat destruktif atau merusak , dan memancarkannya kembali ke seluruh tubuhnya dan lingkungan sekitarnya.dalam foto Kirlian, orang yang sering berfikir negative, stress, maupun depresi memancarkan aura yang redup, atau keabu-abuan.Sementara orang yang sedang berfikir positif dengan atau tanpa ia sadari sebenarnya ia sedang menyerap dan kemudian memancarkan kembali energy baik yang bersifat konstruktif yang jelas baik untuk kesehatan.
Tentang hal tersebut Saya pernah melakukan sebuah eksperimen kecil, dan saya sarankan anda untuk membuktikannya di rumah dengan eksperimen yang sama, yaitu dengan menyiapkan dua buah toples atau piring kecil yang masing-masing toples tersebut telah disediakan kapas basah di atasnya , toples yang pertama ditulisi kata positif atau cukup dengan symbol +, sementara toples yang kedua diberi tulisan negatif atau cukup dengan symbol -.
Tentang hal tersebut Saya pernah melakukan sebuah eksperimen kecil, dan saya sarankan anda untuk membuktikannya di rumah dengan eksperimen yang sama, yaitu dengan menyiapkan dua buah toples atau piring kecil yang masing-masing toples tersebut telah disediakan kapas basah di atasnya , toples yang pertama ditulisi kata positif atau cukup dengan symbol +, sementara toples yang kedua diberi tulisan negatif atau cukup dengan symbol -.
Selanjutnya saya menyiapkan 20 butir kacang hijau yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok, 10 butir kacang hijau yang pertama saya taruh di atas salah toples bertuliskan positif , 10 butir kacang hijau yang kedua ditaruh di atas toples lainnya yang bertuliskan negatif.
Setelah itu, saya sentuh toples yang bertuliskan positif selama 10 menit sambil membayangkan hal-hal positif yang pernah dialami , atau hal-hal menyenangkan yang dialami beberapa saat sebelumnya sambil mengekspresikan rasa bahagia tersebut dengan mengucapkan kata-kata positif antara lain ucapan hamdalah sebagai bentuk ungkapan syukur pada Sang Pencipta.Kemudian saya sentuh toples yang kedua selama 10 menit sambil membayangkan hal-hal kurang menyenangkan atau hal-hal yang menjengkelkan yang pernah dialami sambil mengekspresikannya dengan mengucapkan kata-kata negatif berupa umpatan kekesalan , antara lain saya berulang kali mengucapkan kata "sial.".
Selanjutnya keduanya saya beri perlakuan yang sama dengan air, udara dan sinar matahari yang cukup ,keesokan harinya saya ulangi lagi seluruh prosedur di atas.Walhasil pada hari ketiga saya menemukan pertumbuhan kecambah kacang hijau pada toples yang bertuliskan positif jauh lebih baik dan lebih pesat dibandingkan toples kedua yang bertuliskan negatif (-)
Pembuktian tersebut dapat menjadi hujjah atau bukti argumentatif yang tak terbantahkan bahwa fikiran dan perasaan yang kita pancarkan memberi dampak pada alam sekitar apalagi tentunya diri kita sendiri, fikiran dan perasaan positif menghasilkan gelombang energi konstruktif yang dapat memberikan dampak positif pula bagi yang bersangkutan dan lingkungan sekitarnya ,sebaliknya fikiran negatif memancarkan energi bersifat destruktif yang kurang baik bagi kesehatan, dan berdampak kurang baik bagi diri dan lingkungan.
(diambil dari naskah saya yang terbaru,berjudul RAHASIA MENUJU KESEMBUHAN, inspirasi dan motivasi dan pencerahan spiritual bagi orang yang sakit )
Oleh : Akbar Kuspriadi GMR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar